Besaran Pokok dan Besaran Turunan


A. Besaran Pokok (Base Quantities)
Besaran yang digunakan dalam fisika dibedakan menjadi dua, yaitu besaran pokok (Base Quantities) dan besaran turunan (Derived Quantities). Besaran pokok adalah besaran adalah besaran yang satuannya didefinisikan terlebih dahulu dan tidak dapat dijabarkan dari besaran lain. Besaran pokok (base Quantities) ada tujuh buah. Ketujuh besaran pokok tersebut dapat kamu lihat pada tabel berikut ini,
Besaran Pokok
Satuan
Singkatan
Dimensi
panjang
meter
m
[L]
massa
kilogram
kg
[M]
waktu
sekon
s
[T]
kuat arus listrik
ampere
A
[I]
Suhu
Kelvin
K
teta
jumlah zat
mol
mol
[N]
intensitas cahaya
candela
cd
[J]
1.  Standar dan Alat Ukur Panjang
Panjang adalah jarak antara dua titik di dalam ruang. Menurut satuan SI, besaran panjang dinyatakan dalam meter. Satu meter sama dengan jarak yang ditempuh oleh cahaya dalam ruang hampa selama 1/299.792.458 sekon. Besaran panjang diukur dengan menggunakan mistar , stikmeter (meteran gulung), jangka sorong, dan mikrometer skrup. Adapun ketelitian dari masing masing alat tersebut adalah sebagai berikut :
  • Mistar (ruler)  memiliki ketelitian 1 mm
  • stikmeter (measuring tape) memiliki ketelitian 1 mm
  • Jangka sorong (Vernier Calipers) ketelitiannya 0,1 mm
  • Mikrometer Skrup (micrometer screw gauge) ketelitiannya 0,01 mm
2.  Standar dan Alat Ukur Massa
Massa suatu benda adalah banyak zat yang dikandung benda tersebut. Menurut satuan SI, satuan massa adalah kilogram (kg). Dalam kehidupan sehari hari, kita sering menggunakan istilah berat. Misalnya, berat badan Budi 55 kg. Menurut fisika ungkapan tersebut tidak tepat, karena 55 kg adalah massa badan Budi. Berat dalam fisika memiliki pengertian yang berbeda dengan berat dalam kehidupan sehari hari. Menurut fisika, berat adalah gaya yang dialami oleh suatu benda yang mempunyai massa yang diakibatkan karena adanya gaya tarik bumi. Sesuai dengan pengertian ini, maka berat suatu benda di tempat tempat yang berlainan mungkin berbeda beda tergantung besarnya gaya grafitasi di tempat tersebut.
Satu kilogram didefinisikan sebagai massa dari suatu silinder yang dibuat dari campuran platina-iridium yang disebut kiligram standar, yang disimpan di Lembaga berat dan ukuran Internasional di Paris, Perancis. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur besaran massa adalah neraca. Terdapat beberapa jenis neraca, antara lain neraca duduk, neraca elektronik, dan neraca lengan.
3.  Standar dan Alat Ukur Waktu
Satuan standar untuk waktu adalah seko atau detik. Satu sekon didefinisikan sebagai selang waktu yang diperlukan oleh atom cesium-133 untuk melakukan getaran sebanyak 9.192.631.770 kali. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur besaran waktu antara lain arloji dan  stopwatch.
4.  Standar dan Alat Ukur Suhu
thermometer1
Suhu merupakan derajat panas dinginnya suatu benda. Satuan standar untuk suhu adalah Kelvin. Satuan lain yang sering digunakan di Indonesia adalah derajat Celcius, sedangkan di Amerika dan Inggris pada umumnya menggunakan derajat fahrenheit. Alat untuk mengukur suhu adalah termometer. Untuk mengetahui lebih jauh tentang suhu, akan dibahas lebih rinci pada artikel berikutnya. 

   

B. Besaran Turunan (Derived Quantities)
Besaran turunan adalah besaran yang satuan satuannya diturunkan dari satuan-satuan besaran pokok. Jumlah besaran turunan sangat banyak, semakin berkembangnya ilmu fisika, dimungkinkan akan muncul lagi besaran turunan yang baru. Contoh besaran turunan yang sekarang dikenal dapat kamu lihat pada tabel berikut ini.
esaran Turunan
Rumus
Dimensi
Satuan dan Singkatan
Luas
panjangXlebar
[L]2
m2
Volum
panjangXlebarXtinggi
[L]3
m3
Massa jenis
massa/volum
[M][L]-3
kgm-3
Kecepatan
perpindahan/waktu
[L][T]-1
ms-1
Percepatan
kecepatan/waktu
[L][T]-2
ms-2
Gaya
massaXperpindahan
[M][L][T]-2
kgms-2 = newton (N)
Usaha dan Energi
gayaXperpindahan
[M][L]2[T]-2
kgm2s-2 = joule (J)
Tekanan
gaya/luas
[M][L]-1[T]-2
kgm-1s-2 = pascal (Pa)
Daya
usaha/waktu
[M][L]2[T]-3
kgm2s-3 = watt (W)
Impuls dan Momentum
gayaXwaktu
[M][L][T]-1
kgms-1 = Ns 
»»  Baca Selengkapnya...

Frase

Frase

Frasa atau frase adalah sebuah istilah linguistik. Lebih tepatnya, frase merupakan satuan linguistik yang lebih besar dari kata dan lebih kecil dari klausa dan kalimat. Frase adalah kumpulan kata nonpredikatif. Artinya frase tidak memiliki predikat dalam strukturnya. Itu yang membedakan frase dari klausa dan kalimat. Simak beberapa contoh frase di bawah ini:
  • ayam hitam saya
  • ayam hitam
  • ayam saya
  • rumah besar itu
  • rumah besar putih itu
  • rumah besar di atas puncak gunung itu
Dalam konstruksi frase-frase di atas, tidak ada predikat. Lihat perbedaannya dibandingkan dengan beberapa klausa di bawah ini:
  • ayam saya hitam
  • rumah itu besar
  • rumah besar itu putih
  • rumah putih itu besar
  • rumah besar itu di atas puncak gunung
Dalam konstruksi-konstruksi klausa di atas, hitambesarputihbesar, dan di atas puncak gunung adalah predikat.
Frasa dan kata majemuk
Frase kerap dibedakan dengan kata majemuk. Makna frase tidak berbeda dengan makna kata yang menjadi kepala/inti frase.
Misalnya:
Meja hitam tetaplah bermakna meja, tetapi ditambahkan pewatas sifat hitam. Meja kayujuga tetap meja, tetapi ditambahkan makna pewatas kayu.
Di sisi lain, kata majemuk memiliki makna yang sangat jauh berbeda dengan makna kata-kata yang menjadi unsur-unsurnya, sehingga kata majemuk kerap disebut memiliki makna idiomatis. (disebut kata kiasan)
Misalnya:
Meja hijau dalam bahasa Indonesia lebih bermakna 'sidang atau pengadilan', bukan semata-mata meja yang berwarna hijau. Tangan besi lebih bermakna kepemimpinan yang keras alih-alih tangan yang terbuat dari besi.
Beberapa jenis frasa:
Frasa ekosentris
Frasa eksosentris adalah frasa yang tidak mempunyai persamaan distribusi dengan unsurnya. Frasa ini tidak mempunyai unsur pusat. Jadi, frasa eksosentris adalah frasa yang tidak mempunyai UP.
Contoh: Sejumlah mahasiswa di teras.
Frasa endosentris
Frasa Endosentris, kedudukan frasa ini dalam fungsi tertentu, dpat digantikan oleh unsurnya. Unsur frasa yang dapat menggantikan frasa itu dalam fungsi tertentu yang disebut unsur pusat (UP). Dengan kata lain, frasa endosentris adalah frasa yang memiliki unsur pusat.
Contoh: Sejumlah mahasiswa(S) di teras(P).
Frasa nominal
Nominal adalah lawan dari verbal. jika verbal adalah kalimat yang berpredikat "Kata Kerja" maka kalimat nominal berpredikat kata benda atau kata sifat. untuk membentuk kalimat nominal, maka unsur kalimat harus memenuhi Subjek, To Be dan komplemen. misalnya "I am Tired", I=subjek, am=To Be dan Tired=Adjective (Passive voice verb). ini adalah contoh kalimat nominal. arti lain dari nominal adalah rangkaian angka yang menunjukkan jumlah tertentu, kemudian adapula arti nominal sebagai kualifikasi (nominasi).
Frasa verbal
Frasa Verbal, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori verba. Secara morfologis, UP frasa verba biasanya ditandai adanya afiks verba. Secara sintaktis, frasa verba terdapat (dapat diberi) kata ‘sedang’ untuk verba aktif, dan kata ‘sudah’ untuk verba keadaan. Frasa verba tidak dapat diberi kata’ sangat’, dan biasanya menduduki fungsi predikat.
Contoh:
  1. bekerja keras
  2. sedang berlari
Secara morfologis, kata berlari terdapat afiks ber-, dan secara sintaktis dapat diberi kata ‘sedang’ yang menunjukkan verba aktif.
Frase numeralia
Frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan
contoh :
  1. 2 butir telur
  2. 10 keping
Frase adverbia
Frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata keterangan
contoh :
  1. Besok sore
Frase preposisional
Frase yang terdiri dari kata depan sebaga penanda, diikuti oleh kata
contoh :
  1. Di halaman sekolah
  2. Dari desa
Frase ajektival
Frase yang mempunyai distribusi uamh sama dengan kata sifat
contoh :
  1. Bagus sekali
  2. Indah sekali
»»  Baca Selengkapnya...

Ragam teks


  • CIRI-CIRI KARANGAN NARASI
    Menurut Keraf (2000:136), ciri karangan narasi yaitu:
    Menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan.
    Dirangkai dalam urutan waktu.
    Berusaha menjawab pertanyaan, apa yang terjadi?
    Ada konfiks.

    Narasi dibangun oleh sebuah alur cerita. Alur ini tidak akan menarik jika tidak ada konfiks. Selain alur cerita, konfiks dan susunan kronologis, ciri-ciri narasi lebih lengkap lagi diungkapkan oleh Atar Semi (2003: 31) sebagai berikut:
    Berupa cerita tentang peristiwa atau pengaalaman penulis.
    Kejadian atau peristiwa yang disampaikan berupa peristiwa yang benar-benar terjadi, dapat berupa semata-mata imajinasi atau gabungan keduanya.
    Berdasarkan konfiks, karena tanpa konfiks biasanya narasi tidak menarik.
    Memiliki nilai estetika.
    Menekankan susunan secara kronologis.

    Ciri yang dikemukakan Keraf memiliki ciri berisi suatu cerita, menekankan susunan kronologis atau dari waktu ke waktu dan memiliki konfiks. Perbedaannya, Keraf lebih memilih ciri yang menonjolkan pelaku.

    Tujuan menulis karangan narasi secara fundamental yaitu:
    1.) Hendak memberikan informasi atau wawasan dan memperluas pengetahuan.
    2.) Memberikan pengalaman estetis kepada pembaca.

    Langkah-langkah menulis karangan narasi
    1.) Tentukan dulu tema dan amanat yang akan disampaikan.
    2.) Tetapkan sasaran pembaca kita.
    3.) Rancang peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam bentuk skema alur.
    4.) Bagi peristiwa utama itu ke dalam bagian awal, perkembangan, dan akhir cerita.
    5.) Rincian peristiwa-peristiwa utama ke dalam detail-detail peristiwa sebagai pendukung cerita.
    6.) Susun tokoh dan perwatakan, latar, dan sudut pandang.

    Jenis-jenis Karangan Narasi
    a. Narasi Ekspositorik (Narasi Teknis)
    Narasi Ekspositorik adalah narasi yang memiliki sasaran penyampaian informasi secara tepat tentang suatu peristiwa dengan tujuan memperluas pengetahuan orang tentang kisah seseorang. Dalam narasi ekspositorik, penulis menceritakan suatu peristiwa berdasarkan data yang sebenarnya. Pelaku yang ditonjolkan biasanya satu orang. Pelaku diceritakan mulai dari kecil sampai saat ini sampai terakhir dalam kehidupannya. Karangan narasi ini diwarnai oleh eksposisi, maka ketentuan eksposisi juga berlaku pada penulisan narasi ekspositorik. Ketentuan ini berkaitan dengan penggunaan bahasa yang logis, berdasarkan fakta yang ada, tidak memasukan unsur sugestif atau bersifat objektif.
    b. Narasi Sugestif
    Narasi sugestif adalah narasi yang berusaha untuk memberikan suatu maksud tertentu, menyampaikan suatu amanat terselubung kepada para pembaca atau pendengar sehingga tampak seolah-olah melihat.


  • CIRI-CIRI KARANGAN DESKRIPSI
    Karangan ini berisi gambaran mengenai suatu hal/keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut. 

    Karangan deskripsi memiliki ciri-ciri seperti:
    Menggambarkan atau melukiskan sesuatu.
    Penggambaran tersebut dilakukan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indera.
    Membuat pembaca atau pendengar merasakan sendiri atau mengalami sendiri.

    Pola pengembangan paragraf deskripsi:
    Paragraf Deskripsi Spasial, paragraf ini menggambarkan objek kusus ruangan, benda atau tempat.
    Paragraf Deskripsi Subjektif, paragraf ini menggambarkan objek seperti tafsiran atau kesan perasaan penulis.
    Paragraf Deskripsi Objektif, paragraf ini menggambarkan objek dengan apa adanya atau sebenarnya.

    Langkah menyusun deskripsi:
    1.Tentukan objek atau tema yang akan dideskripsikan.
    2.Tentukan tujuan.
    3.Mengumpulkan data dengan mengamati objek yang akan dideskripsikan.
    4.Menyusun data tersebut ke dalam urutan yang baik (menyusun kerangka karangan).
    5.Menguraikan kerangka karangan menjadi dekripsi yang sesuai dengan tema yang ditentukan.


  • CIRI-CIRI KARANGAN EKSPOSISI
    Paragraf eksposisi adalah paragraf yang bertujuan untuk memaparkan, menjelaskan, menyampaikan informasi, mengajarkan, dan menerangkan sesuatu tanpa disertai ajakan atau desakan agar pembaca menerima atau mengikutinya. 

    Ciri-ciri paragraf eksposisi:
    a. Memaparkan definisi (pengertian).
    b. Memaparkan langkah-langkah, metode, atau cara melaksanakan suatu kegiatan.


  • CIRI-CIRI KARANGAN ARGUMENTASI
    Karangan argumentasi adalah jenis paragraf yang mengungkapkan ide, gagasan, atau pendapat penulis dengan disertai bukti dan fakta (benar-benar terjadi).
    Tujuannya adalah agar pembaca yakin bahwa ide, gagasan, atau pendapat tersebut adalah benar dan terbukti. 

    Ciri-ciri karangan argumentasi:
    Menjelaskan pendapat agar pembaca yakin.
    Memerlukan fakta untuk pembuktian berupa gambar/grafik, dan lain-lain.
    Menggali sumber ide dari pengamatan, pengalaman, dan penelitian.
    Penutup berisi kesimpulan.
»»  Baca Selengkapnya...

Kalimat Dasar


Dalam menuliskan kalimat dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar maka kita harus ketahui yaitu unsur-unsur yang ada untuk membuat suatu kalimat yang biasanya dipakai dalam sebuah kalimat. Dalam bahasa Indonesia biasanya digunakan aturan SPO atau SPOK (Subjek, Predikat, Objek atau Subjek, Predikat, Objek, Keterangan).
  • Unsur-Unsur Kalimat
Unsur-unsur kalimat :
- Subjek : merupakan jawaban atas pertanyaan apa dan siapa kepada predikat. Contoh : Aiba memelihara kucing. Maka pertanyaan “Siapa memelihara?” Adalah Aiba.


- Predikat
o Menimbulkan pertanyaan apa dan siapa
o Dapat berupa kata “adalah” atau “ialah”
o Dapat disertai kata aspek (seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan) pada kalimat verba atau adjectiva dan modalitas (seperti ingin, hendak, dan mau) untuk menyatakan keinginan pelaku.

- Objek : Untuk predikat yang berupa verba intransitif (kebanyakan berawalan ber- atau ter-) tidak memerlukan objek, verba transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan me-.

- Pelengkap : Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap.

- Keterangan : Unsur kalimat yang dapat diubah-ubah posisinya. Jika dari jabatan SPOK menjadi KSPO dan SKPO .Jika tidak dapat di pindah maka bukan keterangan.

Dalam suatu kalimat yang biasa digunakan terdapat pola-pola kalimat dapat dikembalikan ke dalam sejumlah kalimat dasar yang sangat terbatas. Dengan perkataan lain, semua kalimat yang kita gunakan berasal dari beberapa pola kalimat dasar saja. Kalimat dasar tersebut dapat berupa:
- Kalimat dasar berpola SP
Terdiri dari subjek dan predikat. Predikat dapat berupa:
o kata kerja (Ohno(S) sedang memancing(P))
o kata benda (Ayahnya(S) juru masak(P))
o kata sifat (Ohno(S) baik hati(P))
o kata bilangan (Personil Arashi(S) 5 orang(P))

- Kalimat dasar berpola SPO
Mempunyai unsur Subjek, Predikat, dan Objek. Contoh : Mereka(S) sedang menyelenggarakan(P) konser(O).

- Kalimat dasar berpola SP Pel.
Mempunyai unsur Subjek, Predikat, dan Pelengkap. Contoh : Nino(S) berpakaian(P) rapi(Pel).

- Kalimat dasar berpola SPO Pel.
Terdiri dari Subjek, Predikat, Objek, dan Pelengkap. Contoh : Ohno(S) membelikan(P) Nino(O) topi(Pel).

- Kalimat dasar berpola SPK
Terdiri dari Subjek, Predikat, dan Keterangan. Contoh : Aiba(S) berasal dari(P) Chiba(K).

- Kalimat dasar berpola SPOK
Terdiri dari Subjek, Predikat, Objek, dan Keterangan. Contoh : Mereka(S) makan(P) sawo(O) saat festival(K).

  • Pola Kalimat
Pola-pola kalimat tersebut juga dapat disusun berdasarkan kata kerja (KK), kata sifat (KS), kata benda (KB) dan kata bilangan (KBil). Berdasarkan penelitian para ahli, pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.

1. KB + KK --> Mereka bernyanyi.
2. KB + KS --> Aiba dermawan.
3. KB + KBil --> Harga album terbaru Arashi delapan ratus ribu.
4. KB + (KD + KB) --> Tinggalnya di Jambi.
5. KB1 + KK + KB2 --> Mereka menonton konser.
6. KB1 + KK + KB2 + KB3 --> Paman mencarikan saya pekerjaan.
7. KB1 + KB2 --> Ohno penyiar.

Ketujuh pola kalimat dasar ini dapat diperluas dengan berbagai keterangan dan dapat pula pola-pola dasar itu digabung-gabungkan sehingga kalimat menjadi luas dan kompleks.
»»  Baca Selengkapnya...

kata Ulang atau Reduplikasi


  • Kata ulang (reduplikasi) adalah bentuk dasar yang diulang


  • Bentuk dasar adalah suatu bentuk linguistik yang dijadikan dasar pembentukan kata ulang (bentuk yang lebih besar/bentuk kata sebelum dijadikan kata ulang)


  • Prinsip-prinsip pengulangan :
    1. Pengulangan tidak mengubah golongan (kelas) kata, dari bentuk kata ulang, seperti kata benda, kata kerja, dan kata sifat. Contoh :
      • Kata benda : Sepatu-sepatu (sepatu), bungkusan-bungkusan (bungkusan), buah-buahan (buah)
      • Kata kerja : Berkejar-kejaran (berkejaran), mencabut-cabuti (mencabuti), tertegun-tegun (tertegun)
      • Kata sifat : Bagus-bagus (bagus), nakal-nakal (nakal), seburuk-buruknya (buruk), keputih-putihan (putih)
    2. Bentuk dasar selalu berupa bentuk yang terdapat dalam penggunaan bahasa sehari-hari. Contoh :
      • Memperbincang-bincangkan : bentuk dasarnya memperbincangkan, bukan memperbincang
      • Bersalam-salaman : bentuk dasarnya bersalaman, bukan bersalam
      • Rumah-rumahan : bentuk dasarnya rumah, bukan rumahan


  • Berdasarkan jenisnya, kata ulang terbagi menjadi 4 jenis :
    1. Pengulangan utuh/murni/dwilingga : Pengulangan seluruh kata dasar. Co : Ibu-ibu (ibu), lampu-lampu (lampu), pertokoan-pertokoan (pertokoan)
    2. Pengulangan sebagian/dwipura/suku awal: Bentuk pengulangan suku pertama kata dasarnya, biasanya disertai variasi e pepet. Co : Laki-laki-lalaki-lelaki, bercaci-cacian (bercacian), menendang-nendang (menendang), minum-minuman (minuman), tunjuk-menunjuk (menunjuk)
    3. Pengulangan berimbuhan : Bentuk pengulangan kata dengan mendapat awalan, sisipan, akhiran atau gabungan imbuhan sebelum/sesudah kata dasarnya diulang. Co : Mobil-mobilan (mobil), sebesar-besarnya (besar), kemerah-merahan (merah)
    4. Pengulangan berubah bunyi : Co : Warna-warni (warna), sayur-mayur (sayur), bolak-balik (balik), kerlap-kerlip (kerlip)


  • Makna yang dimunculkan oleh kata ulang :
    1. Menyatakan banyak Pemain-pemain bola itu berlatih dengan giat
    2. Menyatakan bermacam-macam : Para atlet dianjurkan memakan sayur-sayuransegar
    3. Menyatakan saling : Setelah pertandingan berakhir, mereka berpeluk-pelukan
    4. Menyatakan perbuatan yang dilakukan hanya untuk kesenangan : Merekaduduk-duduk di bawah pohon sambil menceritakan pengalaman masing-masing
    5. Menyatakan menyerupai : Dia membelikan raket-raketan untuk adiknya yang berusia 3 tahun
    6. Menyatakan agak : Ia menyembunyikan wajahnya yang kemerah-merahan sewaktu menerima pujian atas prestasi yang diperolehnya
    7. Menyatakan melakukan pekerjaan yang berulang-ulang : Ia melempar-lemparbola basket itu kepada pemain sebagai pemanasan
    8. Menyatakan kolektif : Mereka memasuki lapangan dua-dua orang untuk melakukan contoh tendangan bola yang baru diajarkan pelatih
    9. Menyatakan memiliki sifat : Bicaranya keibu-ibuan sehingga aku merasa lebih cepat mengerti
    10. Menyatakan sangat Cepat-cepat ditendangnya bola ke arah gawang lawan
    11. Menyatakan tingkat yang paling tinggi (superlatif) : Ia berlari sekencang-kencangnya untuk mencapai garis finis
»»  Baca Selengkapnya...

Puisi Lama

Puisi Lama

  • Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara lain :
    1. Jumlah kata dalam 1 baris
    2. Jumlah baris dalam 1 bait
    3. Persajakan (rima)
    4. Banyak suku kata tiap baris
    5. Irama
  • Ciri-ciri Puisi Lama :
    1. Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya
    2. Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan
    3. Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima
  • Jenis Puisi Lama. Yang termasuk puisi lama adalah :
    1. Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib
    2. Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran,  2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka
    3. Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek
    4. Seloka adalah pantun berkait
    5. Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat
    6. Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita
    7. Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 bari
  • Ciri-ciri dari jenis puisi lama :
    1. Mantra :
      • Berirama akhir abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde.
      • Bersifat lisan, sakti atau magis
      • Adanya perulangan
      • Metafora merupakan unsur penting
      • Bersifat esoferik (bahasa khusus antara pembicara dan lawan bicara) dan misterius
      • Lebih bebas dibanding puisi rakyat lainnya dalam hal suku kata, baris dan persajakan.
    2. Pantun :
      • Setiap bait terdiri 4 baris
      • Baris 1 dan 2 sebagai sampiran
      • Baris 3 dan 4 merupakan isi
      • Bersajak a – b – a – b
      • Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
      • Berasal dari Melayu (Indonesia)
    3. Karmina :
      • Setiap bait merupakan bagian dari keseluruhan.
      • Bersajak aa-aa, aa-bb
      • Bersifat epik: mengisahkan seorang pahlawan.
      • Tidak memiliki sampiran, hanya memiliki isi.
      • Semua baris diawali huruf capital.
      • Semua baris diakhiri koma, kecuali baris ke-4 diakhiri tanda titik.
      • Mengandung dua hal yang bertentangan yaitu rayuan dan perintah.
    4. Seloka :
      • Ditulis empat baris memakai bentuk pantun atau syair,
      • Namun ada seloka yang ditulis lebih dari empat baris.
    5. Gurindam :
      • Baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian
      • baris kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi.
    6. Syair :
      • Terdiri dari 4 baris
      • Berirama aaaa
      • Keempat baris tersebut mengandung arti atau maksud penyair
    7. Talibun :
      • Jumlah barisnya lebih dari empat baris, tetapi harus genap misalnya 6, 8, 10 dan seterusnya.
      • Jika satu bait berisi enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi.
      • Jika satu bait berisi delapan baris, susunannya empat sampiran dan empat isi.
      • Apabila enam baris sajaknya a – b – c – a – b – c.
      • Bila terdiri dari delapan baris, sajaknya a – b – c – d – a – b – c – d

  • Contoh dari Jenis-jenis Puisi Lama :
    1. Mantra :
      • Assalammu’alaikum putri satulung besar
        Yang beralun berilir simayang
        Mari kecil, kemari
        Aku menyanggul rambutmu
        Aku membawa sadap gading
        Akan membasuh mukamu
    2. Pantun :
      • Kalau ada jarum patah
        Jangan dimasukkan ke dalam peti
        Kalau ada kataku yang salah
        Jangan dimasukan ke dalam hati
    3. Karmina :
      • Dahulu parang, sekarang besi (a)
        Dahulu sayang sekarang benci (a)
    4. Seloka :
      • Lurus jalan ke Payakumbuh,
        Kayu jati bertimbal jalan
        Di mana hati tak kan rusuh,
        Ibu mati bapak berjalan
    5. Gurindam :
      • Kurang pikir kurang siasat (a)
        Tentu dirimu akan tersesat (a)
        Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )
        Bagai rumah tiada bertiang ( b )
        Jika suami tiada berhati lurus ( c )
        Istri pun kelak menjadi kurus ( c )
    6. Syair :
      • Pada zaman dahulu kala (a)
        Tersebutlah sebuah cerita (a)
        Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
        Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
    7. Talibun :
      • Kalau anak pergi ke pekan
        Yu beli belanak pun beli sampiran
        Ikan panjang beli dahulu


      • Kalau anak pergi berjalan
        Ibu cari sanak pun cari isi
        Induk semang cari dahulu
sumber
»»  Baca Selengkapnya...

Puisi Baru


  • Puisi baru memiliki bentuk yang lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.
  • Ciri-ciri Puisi Baru :
    1. Bentuknya rapi, simetris
    2. Mempunyai persajakan akhir (yang teratur)
    3. Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain
    4. Sebagian besar puisi empat seuntai
    5. Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
    6. Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata


  • Jenis-jenis Puisi Baru :
    1. Menurut isinya, puisi dibedakan atas :
      • Balada adalah puisi berisi kisah/cerita
      • Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan
      • Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa
      • Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup
      • Romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih
      • Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan
      • Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik
    2. Menurut bentuknya, puisi dibedakan atas :
      • Distikon
      • Terzina
      • Quatrain
      • Quint
      • Sektet
      • Septime
      • Oktaf/Stanza
      • Soneta


  • Contoh jenis puisi menurut isinya :
    a) BALADA
    Puisi karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul “ Balada Matinya Aeorang Pemberontak”
    b) HYMNE
    Bahkan batu-batu yang keras dan bisu
    Mengagungkan nama-Mu dengan cara sendiri
    Menggeliat derita pada lekuk dan liku
    bawah sayatan khianat dan dusta.
    Dengan hikmat selalu kupandang patung-Mu
    menitikkan darah dari tangan dan kaki
    dari mahkota duri dan membulan paku
    Yang dikarati oleh dosa manusia.
    Tanpa luka-luka yang lebar terbuka
    dunia kehilangan sumber kasih
    Besarlah mereka yang dalam nestapa
    mengenal-Mu tersalib di datam hati.
    c) ODE
    Generasi Sekarang
    Di atas puncak gunung fantasi
    Berdiri aku, dan dari sana
    Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
    Generasi sekarang di panjang masa
    Menciptakan kemegahan baru
    Pantoen keindahan Indonesia
    Yang jadi kenang-kenangan
    Pada zaman dalam dunia
    (Asmara Hadi)
    d) EPIGRAM
    Hari ini tak ada tempat berdiri
    Sikap lamban berarti mati
    Siapa yang bergerak, merekalah yang di depan
    Yang menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas.
    (Iqbal)
     e) ELEGI
    Senja di Pelabuhan Kecil
    Ini kali tidak ada yang mencari cinta
    di antara gudang, rumah tua, pada cerita
    tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
    menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
    menyinggung muram, desir hari lari berenang
    menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
    dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
    Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
    menyisir semenanjung, masih pengap harap
    sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
    dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
    (Chairil Anwar)
    f) SATIRE
    Aku bertanya tetapi pertanyaan-pertanyaanku
    membentur jidad penyair-penyair salon,
    yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
    sementara ketidakadilan terjadi di sampingnya,
    dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan, termangu-mangu dl kaki dewi kesenian.
    (Rendra)



  • Contoh jenis puisi dari bentuknya :
    a) DISTIKON
    Contoh :
    Berkali kita gagal
    Ulangi lagi dan cari akal
    Berkali-kali kita jatuh
    Kembali berdiri jangan mengeluh
    (Or. Mandank)
    b) TERZINA
    Contoh :
    Dalam ribaan bahagia datang
    Tersenyum bagai kencana
    Mengharum bagai cendana
    Dalam bah’gia cinta tiba melayang
    Bersinar bagai matahari
    Mewarna bagaikan sari
    Dari ; Madah Kelana
    Karya : Sanusi Pane
    c) QUATRAIN
    Contoh :
    Mendatang-datang jua
    Kenangan masa lampau
    Menghilang muncul jua
    Yang dulu sinau silau
    Membayang rupa jua
    Adi kanda lama lalu
    Membuat hati jua
    Layu lipu rindu-sendu
    (A.M. Daeng Myala)
    d) QUINT
    Contoh :
    Hanya Kepada Tuan
    Satu-satu perasaan
    Hanya dapat saya katakan
    Kepada tuan
    Yang pernah merasakan
    Satu-satu kegelisahan
    Yang saya serahkan
    Hanya dapat saya kisahkan
    Kepada tuan
    Yang pernah diresah gelisahkan
    Satu-satu kenyataan
    Yang bisa dirasakan
    Hanya dapat saya nyatakan
    Kepada tuan
    Yang enggan menerima kenyataan
    (Or. Mandank)
    e) SEXTET
    Contoh :
    Merindu Bagia
    Jika hari’lah tengah malam
    Angin berhenti dari bernafas
    Sukma jiwaku rasa tenggelam
    Dalam laut tidak terwatas
    Menangis hati diiris sedih
    (Ipih)
    f) SEPTIMA
    Contoh :
    Indonesia Tumpah Darahku
    Duduk di pantai tanah yang permai
    Tempat gelombang pecah berderai
    Berbuih putih di pasir terderai
    Tampaklah pulau di lautan hijau
    Gunung gemunung bagus rupanya
    Ditimpah air mulia tampaknya
    Tumpah darahku Indonesia namanya
    (Muhammad Yamin)
    g) STANZA ( OCTAV )
    Contoh :
    Awan
    Awan datang melayang perlahan
    Serasa bermimpi, serasa berangan
    Bertambah lama, lupa di diri
    Bertambah halus akhirnya seri
    Dan bentuk menjadi hilang
    Dalam langit biru gemilang
    Demikian jiwaku lenyap sekarang
    Dalam kehidupan teguh tenang
    (Sanusi Pane)
    h) SONETA
    Contoh :
    Gembala
    Perasaan siapa ta ‘kan nyala ( a )
    Melihat anak berelagu dendang ( b )
    Seorang saja di tengah padang ( b )
    Tiada berbaju buka kepala ( a )
    Beginilah nasib anak gembala ( a )
    Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b )
    Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b )
    Pulang ke rumah di senja kala ( a )
    Jauh sedikit sesayup sampai ( a )
    Terdengar olehku bunyi serunai ( a )
    Melagukan alam nan molek permai ( a )
    Wahai gembala di segara hijau ( c )
    Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( c )
    Maulah aku menurutkan dikau ( c )
    (Muhammad Yamin)

»»  Baca Selengkapnya...